Terpilihnya Prabowo Subianto sebagai Presiden Indonesia tidak hanya membawa perubahan besar dalam kebijakan nasional, tetapi juga mencerminkan kompleksitas dinamika politik Indonesia. Keberadaan Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden Jokowi, sebagai Wakil Presiden, menjadi isu yang menarik perhatian publik. Kehadiran Gibran di puncak kekuasaan menimbulkan spekulasi mengenai kesinambungan pengaruh dinasti politik Jokowi, meskipun Prabowo terpilih sebagai presiden.
Prabowo, yang terkenal dengan latar belakang militer dan pendekatan tegasnya, berencana memperbesar kabinet menjadi 46 kementerian, lebih banyak dibandingkan kabinet Presiden Jokowi. Langkah ini didukung oleh partai koalisi Prabowo yang menganggap bahwa kabinet yang lebih besar diperlukan untuk mengatasi tantangan negara yang semakin kompleks. Namun, ada kritik bahwa penambahan kementerian bisa menjadi alat untuk mengakomodasi kepentingan politik koalisi, termasuk pengaruh yang masih dipegang oleh keluarga Jokowi.
Walaupun Prabowo bertekad untuk memimpin dengan gaya dan pendekatannya sendiri, banyak yang melihat bahwa posisi Gibran sebagai Wakil Presiden akan tetap menjaga pengaruh Jokowi dalam kebijakan pemerintahan. Dinasti politik ini, meski tidak diakui secara langsung, berpotensi mempengaruhi bagaimana Prabowo mengelola arah kebijakan nasional dan keputusan strategis. Ini menimbulkan tantangan bagi Prabowo, apakah ia dapat mengarahkan pemerintahannya dengan independensi yang kuat atau tetap terikat dengan pengaruh lama.
Lima tahun ke depan, salah satu tantangan terbesar bagi Prabowo adalah menjaga keseimbangan antara visi politiknya dan tuntutan dari berbagai faksi, termasuk dinasti politik Jokowi, yang tetap menjadi kekuatan signifikan di pemerintahan.