Keberangkatan mantan Presiden Jokowi ke Vatikan untuk menghadiri pemakaman Paus Fransiskus menarik perhatian publik. Sesungguhnya, Jokowi tidak pergi sendiri. Ia didampingi oleh Ignasius Jonan, mantan Menteri ESDM dan Ketua Tim Pelaksana Kunjungan Paus ke Indonesia, yang menambah makna dalam kehadiran delegasi tersebut. Banyak yang bertanya mengapa Presiden Prabowo Subianto memilih mengutus Jokowi, bukan Menteri Luar Negeri atau pejabat tinggi lainnya, untuk mewakili Indonesia.
Hubungan diplomatik Indonesia-Vatikan telah lama terjalin baik. Pada 2020, Jokowi mengundang Paus Fransiskus untuk berkunjung ke Indonesia, yang akhirnya terlaksana pada 2024, setelah sempat tertunda karena pandemi COVID-19. Kehadiran Jokowi mencerminkan kedekatan hubungan kedua negara serta kontinuitas diplomasi.
Sementara itu, keterlibatan Ignasius Jonan mempertegas bahwa kehadiran mereka bukan keputusan pribadi. Perannya dalam memfasilitasi dan menyukseskan kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia sangat signifikan. Pengiriman Jokowi bersama Jonan juga menggambarkan pentingnya keberagaman dan kerja sama antar tokoh dalam pemerintah Indonesia.
Meskipun Jokowi menjadi wajah utama dalam delegasi ini, kita melihat bahwa Indonesia berkomitmen untuk mengedepankan kerja sama yang erat antar pejabat tinggi negara demi menjaga hubungan internasional yang stabil dan saling menguntungkan.
Dari sisi kerohanian, kehadiran Jokowi dan Jonan bukan hanya mempererat hubungan antar negara. Namun juga menjadi bentuk penghormatan terhadap nilai kedamaian dan persaudaraan universal yang dijunjung Paus Fransiskus.
Kehadiran Indonesia, sebagai negara berpenduduk mayoritas muslim, mengirim pesan penting bahwa nilai kasih, persaudaraan, dan perdamaian tetap menjadi prinsip utama, sekaligus menunjukkan komitmen Indonesia untuk menjadi mercusuar kerukunan di tengah dunia yang penuh ketegangan antar agama.
Ini juga menjadi pengingat bagi kita semua bahwa hubungan antar bangsa dan antar agama harus didasari oleh saling pengertian dan hormat. Dalam tradisi Gereja berabad-abad, kita diajarkan untuk mengasihi sesama manusia seperti diri kita sendiri (Markus 12:31), yang mencakup penghargaan terhadap pemimpin rohani dan tokoh-tokoh yang telah berjuang untuk perdamaian.
Saat ini kita bisa melihat bahwa keputusan untuk mengirim Jokowi ke Vatikan bukan hanya langkah politik pribadi, tetapi bagian dari diplomasi Indonesia yang lebih luas. Keputusan Prabowo ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya berfokus pada satu individu dalam hubungan internasional, melainkan mengutamakan kolaborasi antar tokoh negara yang berbeda latar belakang untuk memperkuat posisi Indonesia di mata dunia.