Peluang dan Tantangan Pemimpin Muda Indonesia

Pada Kamis (20/2) lalu, sebanyak 961 kepala daerah dilantik oleh Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan Jakarta. Dari Sabang sampai Merauke, semua pemimpin baru hasil pilihan rakyat menerima mandat untuk melanjutkan tonggak kepemimpinan di daerahnya masing-masing.

 

Menariknya, dari ratusan pemimpin yang dilantik, terdapat beberapa pemimpin muda yang berusia di bawah 40 tahun. Setelah melalui dinamika kontestasi politik periode 2024, para kandidat muda berhasil meraih kepercayaan rakyat. Masyarakat mulai menaruh harap pada kepemimpinan generasi muda dan mempercayakan keberlanjutan pembangunan di tangan mereka.

 

Dalam melewati semua proses politik yang ada, tak dapat dipungkiri bahwa menjadi pemimpin yang berasal dari generasi muda di negeri ini memiliki peluang dan tantangan tersendiri. Gebrakan-gebrakan baru yang telah dipersiapkan bisa saja bertabrakan dengan proses birokrasi yang telah berlangsung cukup lama. Jajaran pemerintahan, konflik kepentingan, hingga situasi politik yang tak terduga menjadi tantangan yang bisa saja terjadi di kemudian hari.

 

Menurut Pew Research Report, generasi milenial diyakini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka disebut sebagai generasi yang unik karena sikap mereka terhadap kepemimpinan, pengaruh, kekuasaan, dan otoritas sungguh tidak dapat diukur berdasarkan pengalaman pendahulunya.

 

Hal tersebut dipengaruhi oleh bagaimana mereka dibesarkan, kondisi ekonomi dan sosial yang mereka hadapi, serta budaya populer yang melatarbelakangi. Tak dapat diragukan lagi, perbedaan paling signifikan antara generasi milenial dengan generasi senior adalah besarnya pengaruh teknologi, mudahnya akses informasi melalui penggunaan internet, dan pengaruh kekuatan media sosial.

 

Sementara itu menurut Sledge, di dalam kepemimpinannya, generasi milenial akan mengutamakan proses transformasional yang mengutamakan relasi dibandingkan posisi atau jabatan. Membangun rasa saling percaya melalui pendekatan etika dan aksi-aksi yang menginspirasi akan mempengaruhi tindakan-tindakan kepemimpinan mereka, sehingga pertumbuhan pribadi menjadi hal yang tidak akan dikesampingkan.

 

Para pemimpin muda ini akan mengapresiasi setiap hasil kerja karena pengakuan mereka akan kapabilitas setiap pribadi, termasuk memberikan umpan balik yang sesuai sebagai bentuk kerja nyata yang dilakukan. Hal ini menjadi harapan cerah untuk keberlanjutan tatanan pemerintahan dan proses transisi yang akan segera berlangsung.

 

Terlepas dari semua itu, tantangan yang akan yang akan dihadapi oleh para pemimpin muda tidaklah sedikit. Beragamnya latar belakang masyarakat dengan pola pikir yang berbeda mungkin saja sulit dirangkul. Permasalahan menahun yang belum berhasil diselesaikan oleh para pendahulu menjadi tanggung jawab baru yang perlu diperhatikan. Disamping itu, janji politik yang perlu dipenuhi, keterbatasan anggaran, dan berbagai polemik sosial ekonomi yang menghadang di depan akan membawa para pemimpin muda dalam proses permasalahan yang kompleks.

 

Namun, sebagaimana yang terlihat di dalam proses kampanye, 100 hari pertama kepemimpinan nanti diharapkan dapat memberikan sedikit harapan cerah untuk langkah lima tahun ke depan. Membangun kepercayaan publik dan menetapkan arah kebijakan menjadi hal yang akan disorot oleh setiap elemen masyarakat dengan harapan bahwa Indonesia akan semakin sejahtera, maju, berdaya saing tinggi, juga terlepas dari berbagai permasalahan sektoral. Selain itu, hal ini dapat meneguhkan pola pikir bahwa mereka yang muda dan kurang berpengalaman patut diberikan kesempatan untuk melanjutkan pembangunan.